PENGARUH
PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK TERHADAP TANAMAN JAGUNG
(Laporan Praktikum Mata Kuliah
Kesuburan Tanah)
OLEH
NAMA : DEBI SETYAWAN
NPM : 147215010
KELAS : 1.a PERKEBUNAN
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN
PDD
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI
KOMUNITAS NEGERI
BANYUASIN
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Tanaman jagung
merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia yang permintaannya
terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri pangan. Permintaan jagung
yang tinggi membutuhkan suatu usaha agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan
jagung yang tinggi tersebut yaitu dengan cara peningkatan produksi jagung.
Salah satu upaya peningkatan produksi jagung di Indonesia dapat dilakukan diantaranya
melalui intensifikasi yaitu penggunaan varietas unggul baru, memperbanyak
populasi tanaman per hektar serta penggunaan pupuk yang efektif dan efisien,
serta ekstensifikasi dengan memperluas lahan pertanian jagung.
Tanah Ultisol merupakan bagian terluas dari lahan
kering di Indonesia yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan
Indonesia). Akhir-akhir ini menjadi sasaran utama perluasan lahan pertanian di
luar pulau Jawa dan menjadi sasaran bukaan lahan pemukiman transmigrasi. Oleh
karena itu, Ultisol perlu mendapat perhatian khusus mengingat kendala dan
sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).
Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol
biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 8 ÂșC.
Pembentukan tanah Ultisol banyak dipengaruhi oleh bahan induk tua seperti
batuan liat, iklim yang cukup panas dan basah, relief berombak sampai berbukit.
Tanah ini memiliki horizon Argilik yang bersifat masam dengan kejenuhan basa
yang rendah. Pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kejenuhan basa kurang
dari 35 %. Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia,
menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH
4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya
rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai
rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah,
kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk
rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai
rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai
wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi
tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang
tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang
bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah.
Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g
disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami
Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan
(2007) Ultisol di daerah Aceh dan Sumatera Utara dicirikan dengan kandungan
Al-dd 184,2 me/ 100 g tanah, KTK 3 – 7 me/ 100 g, pH H2O 4,1 – 5,5, C-organik
1,9% dan kandungan N 0,2%.
Pemupukan
berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam
tanah untuk mencapai status
semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk
meningkatkan produksi dan mutu hasil, meningkatkan efisiensi
pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari
pencemaran lingkungan. Jadi pemupukan berimbang merupakan pemenuhan
hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk dan jenis
pupuk. Pemupukan diberikan bagi hara
yang kurang dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk memelihara hara
tanah supaya tidak berkurang. Dalam
penerapannya pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal seperti urea,
SP-36, TSP, dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk
tunggal. Agar sesuai dengan takaran
pemupukan berimbang yang spesifik lokasi, komposisi pupuk harus bervariasi
sesuai kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman.( Suharjo ,2006)
Tanaman
jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih
banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S
diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara
makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan
Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan
O diperoleh dari air dan udara.(Djaharja,2001)
Penggunaan pupuk yang berlebihan
pada tanaman dapat menyebabkan residu di dalam tanah yang besar. Oleh sebab itu pengaturan pemberian pupuk
harus dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman
antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah,
dan sifat fisik maupun kimia tanah.
Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara.
Perbaikan budidaya tanaman meliputi penyiapan lahan,
penggunaan bibit unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama,
pengendalian penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk NPK pada
budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis yang optimal. Hara N, P,
dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di
dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas
produksi (Rauf et al., 2000).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
bahan organik dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH tanah,
N-total, P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P,
dan K tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman jagung (Sutoro et al.,
1988). Tersedianya pupuk majemuk NPKdiharapkan dapat membantu para petani untuk
menggunakan pupuk sesuaikebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat
diformulasi berdasarkan uji tanah. Anjuran teknik budidaya jagung ini juga
menjadisuatu syarat dalam setiap pelepasan varietas baru.Kegiatan perakitan
varietas unggul jagung telah dilakukan dilaboratorium pemuliaan tanaman dan
telah dihasilkan nomor-nomor seleksi (selanjutnya disebut aksesi) melalui tahap
metode seleksi modifikasi daur ulang fenotipa resiprokal dan siap dilakukan uji
pendahuluan. Setiap upaya pelepasan varietas baru harus disertai dengan teknologi
budidaya sertaan yang berupa teknik budidaya baku. Salah satunya yaitu
pemberian dosis pupuk yang tepat untuk tanaman jagung, Sehingga dalam hal ini
perlu dilakukan pengujian terhadap penambahan dosis pemupukan khususnya pupuk
NPK dalam suatu budidaya tanaman jagung. Aksesi terpilih yang memiliki
penampilan sifat agronomi yang baik dan lebih tinggi dari varietas budidaya
yang dikembangkan oleh petani, dapat digunakan untuk membuat varietas baru Open
Pollinated (OP). (Hartatik, 2007).
Dengan demikian, percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui interaksi setiap aksesi tanaman jagung dengan penambahan dosis pupuk
NPK yang diberikan, menentukan beberapa dosis pupuk NPK yang tepat sehinggamemberikan
hasil produksi terbaik dari setiap aksesi tanaman jagung yang diujikan,
mengetahui kandungan protein setiap aksesi tanaman jagung yang diujikan dengan
penentuan dosis pupuk NPK yang diberikan.
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya
mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro)
terutama N, P,dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu
dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih
efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal
(Hardjowigeno,2003). Pupuk majemuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai yang memiliki kandungan N, P2O5,
dan K2O
masing-masing 18%, 12% dan 8%.
Dalam praktikum yang telah di
lakukan untuk melihat adanya respon pertumbuhan tanaman jagung pada lahan
percobaan yang tidak kami beri pupuk sama sekali dan juga membandingkan respon
pertumbuhan dengan tanaman jagung pada lahan yang diberi pemupukan satu jenis
pupuk tunggal yaitu N ( Urea ) P (SP36) dan
K ( KCL) dan juga menggunakan perlakuan dengan pupuk majemuk yaitu pupuk
NPK.
1.2 Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui adanya perbedaan penggunaan berbagai macam pupuk terhadap
produksi dan pertumbuhan tanaman
2.
Untuk mengetahui perbedaan respon dari tanaman jagung
terhadap pemberian pupuk Urea,SP36,KCL dan pupuk NPK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani
Tanaman Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Menurut Rukmana (1997a), kedudukan
tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :
Spermathophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Graminales
Famili :
Graminaceae
Genus :
Zea
Spesies :
Zea mays L.
Akar
seminal tumbuh pada saat biji berkecambah yang dicirikan dengan arah
pertumbuhan akar ke bawah atau menembus tanah. Akar koronal muncul dari
jaringan batang setelah plumula tumbuh. Akar udara tumbuh pada buku-buku di
atas permukaan tanah yang berfungsi untuk asimilasi dan pendukung batang
terhadap kerebahan (Rukmana, 1997b).
Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas
bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, kecuali
pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang muncul dari
pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm, tergantung
pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan
ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997a).
Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun
memenjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun
dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan/embun
ke dalam pelepah daun (Suprapto, 1999).
Tanaman ini berumah satu dengan
bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros
atau tangkai), dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping
(tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau
beberapa tongkol Kadang-kadang bunga jantan tumbuh pada ujung tongkol, dan
bunga betina pada tassel (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
2.2 Syarat
Tumbuh
2.2.1 Iklim
Tanaman jagung sebaiknya mendapat cahaya matahari langsung. Pada waktu
tanaman malai tua, terutama menuju masaknya biji dibutuhkan keadaan yang panas
dan intensitas sinar matahari yang cukup bila tidak maka produksi yang
dihasilkan akan menjadi kurang baik (Ginting,1995).
Tingginya produksi jagung semi (baby corn) dipengaruhi oleh sifat genetik
(varietas) dan interaksinya dengan lingkungan tumbuh (environmental). Tanaman
jagung membutuhkan suhu hangat antara 210C – 320C dengan
suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 230C – 270C,
dan kelembapan udara (Rh) 50% - 80%
(Rukmana, 1997a).
Pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan
ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat
tumbuh di daerah yang terletak antara
0-50o LU hingga 0-40o LS (Anonimous, 2010c).
2.2.2 Tanah
Jagung manis tumbuh pada berbagai
jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH
tanah antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur
lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah,
aerasi dan drainasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah demikian dapat
memicu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan
kaya akan bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan
penurunan produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997b).
2.3 Unsur
Hara
2.3.1 Nitrogen (N)
Sumber utama
nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfir, yang takarannya
mencapai 78 persen volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen yang
tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui menjadi komponen
pelikan oleh karena wataknya yang mudah larut air. Watak ini juga menjadikan
endapan-endapan nitrogen yang cukup banyak hanya ditemui di daerah beriklim
kering dan itupun terbatas secara setempat (Mas’ud, 1999).
Fungsi nitrogen
yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:
1) untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman
2) dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau
3) meningkatkan
kadar protein dalam tubuh tanaman
4) meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5) meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah
(Sutedjo,
2002).
Nitrogen
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+
dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2 %- 4%
berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3-
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+ (Rosmarkam
dan Yuwono, 2002).
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk
pupuk makro. Sesuai dengan namanya, pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi
oleh unsur nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat
atau juga sebagai katalisator. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4
(amonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
merupkan hasil ikutan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar
antara 45-46 %. Urea mempunyai sifat higroskopis atau mudah menyerap air dari
udara. Pada kelembaban udara 73 % urea akan berubah menjadi air karena uap air
di udara ditarik ke dalam pupuk (Marsono dan
Sigit, 2001).
2.3.2 Fosfor (P)
Sumber dan
cadangan fosfor (P) alam adalah kerak bumi yanag kandungannya mencapai 0,12 %
P, dalam bentuk batuan, fosfat, endapan guano dan endapan fosil tulang. Pelikan
organik tanah yang mengandung P antara lain: asam nukleat, fitin dan
turunannya, fosfolida, fosfoprotein, fosfat inositol dan fosfat metabolik
(Mas’ud, 1999).
Secara umum,
fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) dapat
mempercepat pertumbuhan akar semai
2) dapat
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa
pada umumnya
3) dapat
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
4) dapat
meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo,
2002).
Fosfor diserap
tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-
dan PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor
sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di
dalam tanah cukup banyak (Novizan,
2002).
Jenis pupuk super fosfat ini muncul sebagai akibat sulitnya mendapatkan
kandungan dasar pupuk TSP yang masih harus diimpor. Oleh karena itu, kadar
fosfat pada SP-36 jauh lebih rendah dari TSP, yakni hanya 36 %. Sementara sifat-sifat yang lain, seperti bentuk, ukuran,
warna, dan tingkat kekerasannya hampir sama (Marsono dan Sigit, 2001).
2.3.3Kalium (K)
Salah satu
jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini
sebagian besar merupakan hasil tambang. Kandungan utama dari endapan tersebut
adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena umumnya tercampur
dengan bahan lain, seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu.
Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 % (Marsono dan Sigit, 2001).
Elemen ini
dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal
ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu:
1) pembentukan
protein dan karbohidrat
2) mengeraskan
jerami dan bagian kayu dari tanaman
3) meningkatkan
resistensi tanaman terhadap penyakit
4) meningkatkan
kualitas biji/buah
(Sutedjo,
2002).
Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda).
Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian
tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung
kalium (Sutedjo,
2002).
2.3.4 Pupuk Majemuk NPK
Pupuk
majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam
unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P,dan K (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat
mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila
dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno,2003). Pupuk majemuk NPK yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai yang memiliki kandungan N, P2O5,
dan K2O
masing-masing 18%, 12% dan 8%.
2.4 Sifat
dan Ciri Tanah Ultisol
Tanah Ultisol merupakan bagian terluas dari lahan
kering di Indonesia yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan
Indonesia). Akhir-akhir ini menjadi sasaran utama perluasan lahan pertanian di
luar pulau Jawa dan menjadi sasaran bukaan lahan pemukiman transmigrasi. Oleh
karena itu, Ultisol perlu mendapat perhatian khusus mengingat kendala dan
sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).
Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol
biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 8 ÂșC.
Pembentukan tanah Ultisol banyak dipengaruhi oleh bahan induk tua seperti
batuan liat, iklim yang cukup panas dan basah, relief berombak sampai berbukit.
Tanah ini memiliki horizon Argilik yang bersifat masam dengan kejenuhan basa
yang rendah. Pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kejenuhan basa kurang
dari 35 %. Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia,
menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH
4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya
rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai
rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah,
kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk
rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai
rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai
wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah
sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis
(8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi
sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah
basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua
lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol
sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan (2007)
Ultisol di daerah Aceh dan Sumatera Utara dicirikan dengan kandungan Al-dd 184,2
me/ 100 g tanah, KTK 3 – 7 me/ 100 g, pH H2O 4,1 – 5,5, C-organik 1,9% dan
kandungan N 0,2%.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah:
a.
Mistar
b.
Pena
c.
Buku
d.
Kamera
e.
Timbangan
f.
Tanaman jagung
g.
Pupuk
3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum ini diilakukan
di kampus AKN banyuasin pada hari rabu tanggal 13 mei 2015
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja yang
dilakukan dalam praktikum ini adalah:
a. Isi
polibag dengan perbandingan tanah,pupuk kandang,kompos 1: 1:1
b. Jagung
ditanam didalam polibag
c. Diberi
pupuk yang telah disesuaikan berdasarkan kelompok masing-masing
d. mengamati
pertumbuhanya setiap seminggu sekali terutama tinggi tanaman , jumlah daun ,
dan diameter batangnya
e. Sebelum
panen lakukan pengaamatan terhadap tinggi tanaman dan warna daunya
f. Timbang
seluruh produksi seperti berat buah. Berat akar, jumlah daun , tinggi batang,
dan diameter batang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Kelompok
I ( Tanpa menggunakan kandungaan apapun )
No
|
Nama
|
Tinggi
Batang (Cm)
|
Diameter
Batang (Cm)
|
Jumlah
Daun
|
Berat
Buah (Gr)
|
Berat
Akar (Gr)
|
Berat
keseluruhan
|
1
|
Andini
|
57
|
3,5
|
7
|
-
|
-
|
50
|
2
|
Anggraini
|
158
|
7
|
8
|
110
|
35
|
254
|
3
|
Aprilius
Pranata
|
150
|
7
|
7
|
100
|
50
|
223
|
Kelompok
II ( menggunakan kandungan unsur hara N)
No
|
Nama
|
Tinggi Batang (Cm)
|
Diameter Batang (Cm)
|
Jumlah Daun
|
Berat Buah (Gr)
|
Berat Akar(Gr)
|
Berat keseluruhan
|
1
|
A.Roni
Efendi
|
125
|
11,5
|
7
|
180
|
150
|
450
|
2
|
Debi
Setyawan
|
163
|
10
|
8
|
100
|
100
|
326
|
3
|
Dera Safitri
|
165
|
9
|
7
|
190
|
75
|
350
|
4
|
Dini Efri
|
165
|
12
|
8
|
110
|
100
|
335
|
5
|
Depriyanto
|
165
|
8
|
7
|
120
|
150
|
364
|
Kelompok
III (menggunakan kandungan unsur hara P)
No
|
Nama
|
Tinggi Batang (Cm)
|
Diameter Batang (Cm)
|
Jumlah Daun
|
Berat Buah (Gr)
|
Berat Akar(Gr)
|
Berat keseluruhan
|
1
|
Esa Handayani
|
157
|
5
|
7
|
70
|
70
|
310
|
2
|
Fufut Wardani
|
125
|
6
|
8
|
100
|
50
|
300
|
3
|
Lasna Wati
|
118
|
6
|
9
|
40
|
50
|
190
|
4
|
Megi Alkhoiri
|
140
|
5
|
8
|
100
|
70
|
190
|
5
|
Nuraini Yanisa
|
112
|
6
|
7
|
100
|
50
|
100
|
Kelompok
IV ( menggunakan kandungan unsur hara K)
No
|
Nama
|
Tinggi Batang (Cm)
|
Diameter Batang (Cm)
|
Jumlah Daun
|
Berat Buah (Gr)
|
Berat Akar(Gr)
|
Berat keseluuhan
|
1
|
Nurlina
|
139
|
7,2
|
9
|
70
|
30
|
290
|
2
|
Prayoga.Sebastian
|
164
|
6
|
8
|
60
|
100
|
350
|
3
|
Rico Irfansyah
|
150
|
15
|
8
|
50
|
50
|
200
|
4
|
Ridho Dionata
|
153
|
7
|
9
|
50
|
150
|
200
|
5
|
Siti Meysaroh
|
142
|
6
|
10
|
100
|
50
|
260
|
Kelompok
V (Menggunakan kandungan unsur hara NPK)
No
|
Nama
|
Tinggi Batang (Cm)
|
Diameter Batang (Cm)
|
Jumlah Daun
|
Berat Buah (Gr)
|
Berat Akar(Gr)
|
Berat keseluruhan
|
1
|
Subhan
|
168
|
10
|
8
|
150
|
250
|
500
|
2
|
Supartini
|
150
|
6,5
|
8
|
100
|
30
|
350
|
3
|
Wahyu Saputra
|
190
|
12
|
8
|
200
|
250
|
510
|
4
|
Wendi Safitri
|
150
|
8
|
7
|
50
|
100
|
280
|
5
|
Yogi Saputra
|
153
|
7
|
9
|
50
|
150
|
400
|
4.2
Pembahasan
Salah satu
kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung adalah pengaplikasian
pupuk berimbang ke dalam tanah, dengan memperhatikan kadar unsur hara tanah,
jenis pupuk yang sesuai dan kondisi lingkungan fisik di areal penanaman.
Aplikasi pemupukan ke dalam tanah perlu mempertimbangkan jenis pupuk serta
dosis/takaran pada jenis tanah dan lingkungan tertentu.
Ketersediaan
unsur N di dalam tanah dalam jumlah yang beraneka ragam. Lahan pertanian
umumnya mengandung unsur N dalam jumlah yang tidak mencukupi, terkecuali pada
tanah baru hasil pembukaan lahan vegetasi hutan. Pada lahan latosol, podsolik,
vulkanik dan mediteran, pemberian pupuk Urea dengan dosis 200 - 400 kg/ha
memberikan efisinsi pemupukan (setiap kg hasil panen diperoleh dari setiap kg
pupuk urea yang diberikan) 6.0–7.5. Berbeda dengan pupuk N, pemberian pupuk K
perlu diperhatikan karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P. Tanah Ultisol
di lahan kering, tanaman jagung kurang tanggap terhadap pemupukan P. Berbeda
halnya pada tanah berkapur, pemberian pupuk P dosis 100–200 kg/ha menunjukkan
efisiensi pemupukan yang cukup baik. Pengaruh yang cukup signifikan terlihat
jelas pada tanah Podsolik dimana ketersediaan P merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman, dikarenakan kandungannya yang sangat rendah dan unsur P
sangat kuat terikat di dalam tanah ini sehingga menjadi tidak tersedia bagi
tanaman. Sama seperti pupuk P, pengaplikasin pupuk K ke dalam tanah perlu
diperhatikan karena pemupukan K umumnya kurang memberikan tanggapan.( pioneer
2012)
Dari
hasil pengamatan di atas dapat kita lihat perbedaan tiap – tiap perlakuan yang
di berikan pada tanaman jagung.Perbedaan tersebut terjadi karena unsur hara
yang di berikan pada tanaman jagung itu sendiri berbeda-beda dan perlakuan yang
di gunakan pada percobaan di atas yaitu .kontrol tanpa menggunakan unsur hara
,dan 4 perbandingan lainnya menggunakan pupuk Urea, KCL,SP36 dan pupuk majemuk
NPK.
Pada perlakuan kontrol menggunakan 3
ulangan dan hasil dari percobaan tersebut ialah tanaman tumbuh kerdil tidak
sama pada perlakuan yang lainnya tanaman berbunga dan berbuah tetapi buahnya
kerdil dan juga ada yang tidak berbuah,nampak jelas dari berat akar dapat di
pastikan unsur hara yang terkandung dalam kolibag tersebut hampir tidak
tersedia maka dari itu berat akar ringan.Hal ini sesuai dengan (Suryono,2006)
bahwa tanaman jagung membutuhkan unsur hara untuk menunjang pertumbuhan
generative maupun vegetatif,pada tanaman jagung yang tidak diberikan pemupukan
yang berimbang akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan akan mengurangi
produktifitas tanamann.Pemberian pupuk ke dalam tanah untuk
mencapai status semua hara esensial seimbang sesuai
kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil
Pada percobaan kelompok 2 yaitu
perlakuan menggunakan (unsur hara N ) pupuk urea pada perlakuan ini ada 5
perulangan dan pertumbuhan pada tanaman cukup seimbang dan juga daun- daun
tampak hijau lingkar batang pun cukup seragam dan rata –rata dari 5 perulangan
tersebut memiliki buah,kemudian berat akar yang ada pada percobaan ini cukup
banya /berat jelas nampak kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah cukup
untuk memenuhi kebutuhan hara dalam tanah. Menurut (Syafrudin, 2007) perlakuan
N dilakukan penambahan pupuk urea yang diberikan dua kali pemupukan yakni pada
umur 12 HST (60%) dan 35 HST (40%). Dari penambahan Urea maka N dalam larutan
tanah bertambah sehingga suplai N kedalam jaringan tanaman lebih optimal
dibandingkan dengan perlakuan P+K (-N). Hal lain di sebabkan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat
diserap tanaman jagung antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah,
aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Pupuk N, diserap
tanaman pada pertumbuhan dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase
vegetatif. Sebagian besar N titik tumbuh batang dan daun.
Pada
percobaan kelompok 3 dan menggunakan 5 perulangan yang menggunakan unsur hara P
( paspor) pupuk SP 36 pada perlakuan ini pertumbuhan yang terdapat pada tabel
di atas tidak seragam,tetapi pada tiap perulangan jumlah daun yang ada cukup
seragam dan juga lingkar batangnnya,tetapi pada buah berat buah tidak seragam
kemungkinan ada kesalahan saat perawatan soalnya pada saat pembunggaan tanaman
banyak yang roboh terkena angin saat hujan,dari berat akar yang terlihat hampir
merata sama.
Hal ini sesuai
literatur Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa secara umum,
fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
- dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
- dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
- dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
- dapat meningkatkan produksi biji-bijian
Pada percobaan kelompok 4 yang
menggunakan unsur hara K (kalium ) /pupuk KCL pertumbuhan yang di alami pada
tanaman jagung cukup baik dan tinggi dan juga lingkar batang yang cukup besar
dibangdingkan kelompok yang mnggunakan Unsur hara P,karena pada unsur hara K
merangsang pertumbuhan batang dan mempercepat jaringan meristik.berat buah pada
perlakuan ini beragam ada yang berat ada juga yang ringan kemungkinan buah yang
ringan terganggu saat pembungaan seperti pada perlakuan Unsur P,berat akarpun
beragam kemungkinan berat akar yang ringan di karenakan adanya kesalahan
pembongkaran,kemungkinan akar-akar masih tertinggal dalam tanah / kolibag.Menurut Kasno et al. (2004)
bahwa pemupukan K
akan berpengaruh terhadap dinamika K dalam tanah. Lebih lanjut dikatakannya, hara K
bertambah dari pemupukan
K dan pelepasan dari K terfiksasi. Pelepasan K terfiksasi, salah satunya
dengan peningkatkan kadar air
agar K terfiksasi akibat terjepitnya K pada 2 lempeng
kisi kristal
terlepas dan dapat dipertukarkan. Selanjutnya elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan
organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu:
1) pembentukan
protein dan karbohidrat
2) mengeraskan
jerami dan bagian kayu dari tanaman
3) meningkatkan
resistensi tanaman terhadap penyakit
4) meningkatkan
kualitas biji/buah
(Sutedjo,
2002).
Pada perlakuan kelompok 5 dengan menggunakan
pupuk kombinasi/pupuk majemuk NPK dari 5 perlakuan tanaman yang di beri pupuk
NPK lebih tumbuh subur di bandingkan dengan perlakuan yang hanya di beri satu
unsur hara dan lingkar batang pun besar besar di banding perlakuan yang
lain,jumlah daun pun seragam dengan perlakuan yang lain tetapi pada berat
buah perlakuan iini memiliki berat buah
yang lebih berat di banding perlakua yang lain dan juga berat akar yang seragam
dan juga berat akar yang cukup berat,tetapi ada satu berat akar yang tidak normal
kemungkinan hal ini karna kesalahan pembongkaran pada polibag akar banyak
tertinggal dalam polibag. Perbedaan percobaan ini dengan percobaan yang lain
percobaan ini lebih unggul di banding yang lain hal ini di karenakan keutuhan
unsur hara yang di butuhkan tanaman tercukupi untuk masa pertumbuhan hingga
masa pembuahan tanaman.Hal ini sesuai dengan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).Pemberian
pupuk NPK diharapkan dapat memeperbaiki sifat kimia tanah secara cepat dan
meningkatkan unsur P dalam bentuk yang mudah diserap oleh tanaman seperti H2PO4
disamping dapat menambah ketersediaan unsur hara makro utama, pemberian pupuk
NPK dapat meningkatkan penyerapan unsur P oleh akar tanaman, karena
bertambahnya P dalam tanah menyebabkan perbedaan konsentrasi P di sekitar
perakaran (rhizosfer) dan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan
hasil caysin. Muatan positif merangsang akar tanaman untuk menyerap anion
seperti H2PO4- dan HPO42-, Hal ini disebabkan karena hara di dalam tanah belum
mampu menyuplai hara seseuai kebutuhan tanaman, terutama untuk mempercepat umur
berbunga betina, persentase tinggi tongkol terhadap tinggi tanaman dan berat
jerami kering jemur. Sedangkan umur berbunga betina paling cepat dan tinggi
tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan lengkap (NPK) (Gumeleng
(2003)
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1.
Tanaman jagung yang tidak di beri
perlakuan akan mengalami gangguan pada pertumbuhan vegetatif maupun generatif.
2.
Tanaman jagung yang di beri pupuk Urea (unsur
N) mempunyai daun yang hijau dan batang yang baik.
3.
Tanaman jagung yang hanya di beri pupuk
SP36 (unsur P) berbunga lebih cepat dan memiliki buah yang besar.
4.
Tanaman jagung yang hanya di beri pupuk
KCL ( unsur K) memiliki batang yang besar,memiliki buah yang baik.
5.
Hasil dari pemberian pupuk NPK
pertumbuhan lebih seragam dibandingkan dengan pupuk yang lainnya,dari kualitas
batang,daun dan buah pun juga lebih baik.
6.
Perbandingan pemberian pupuk
tunggal N,P,K dengan pupuk majemuk NPK
lebih baik pertumbuhan pupuk majemuk NPK di karenakan kadar unsur hara yang
terkandung di dalamnya lebih lengkap di bandingkan pupuk tunggal.dan juga cara
pengaplikasikaannya lebih mudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Gumeleng,
G. 2003. Minus one test pupuk N, P, dan K
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung di moyag modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow
Kasno, A., A. Rachim,
Iskandar dan J. S. Adiningsih. 2004. Hubungan
nisbah K/Ca dalam larutan tanah dengan dinamika hara K pada Ultisol dan
Vertisol lahan kering. J. Tanah dan Lingkungan. 6 (1): 7-13.
Musa, N. 1999. Hasil jagung (Zea mays L.) pada waktu tanam dan pemupukan fosfor yang berbeda.
J. Solum. 1: 43-52.
Mapegau.
2000. Pengaruh pemupukan N dan P terhadap
hasil jagung Kultivar Arjuna pada Ultisol Batanghari Jambi. J. Agronomi
4(1):17-18.
Tandisau,
P., Amir syam., Muh. Thamrin., dan Sahardi. 2005. Respon jagung terhadap pupuk NPK pada lahan kering tanah Typic
Ustropepts Jeneponto. Dalam seminar dan lokakarya nasional jagung 2005.
Balai penelitian tanaman serealia. Makasa-maros.2005.
Minardi,
S. 2002. Kajian terhadap pengaturan
pemberian air dan dosis TSP dalam mempengaruhi keragaan tanaman jagung (Zea mays L.) di Tanah Ultisol. J.
Sains Tanah. 2 (1): 35-40.
LAMPIRAN
Minggu
|
Tinggi
|
Jumlah
daun
|
Ukuran
|
Keterangan
|
Ke- 1
|
2cm
|
3 helai
|
0,5
|
Di pupuk dengan menggunakan pupuk urea ( umsur N)
|
Ke- 2
|
17cm
|
5 helai
|
3cm
|
Di pupuk dengan menggunakan pupuk urea ( umsur N)
|
Ke- 3
|
28cm
|
7 helai
|
4cm
|
Di pupuk dengan menggunakan pupuk urea ( umsur N)
|
Ke- 4
|
48cm
|
9 helai
|
5cm
|
Di pupuk dengan menggunakan pupuk urea ( umsur N)
|
Ke- 5
|
67cm
|
11 helai
|
6cm
|
Di pupuk dengan menggunakan pupuk urea ( umsur N)
|
Ke-6
|
78cm
|
12
helai
|
6,5cm
|
Di
pupuk dengan menggunakan pupuk urea (
umsur N)
|
Ke-7
|
95cm
|
13
helai
|
6,7cm
|
Di
pupuk dengan menggunakan pupuk urea (
umsur N)
|