Sabtu, 30 Mei 2015

laporan pengamatan jagung




PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK TERHADAP TANAMAN JAGUNG
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Kesuburan Tanah)








OLEH
NAMA         : DEBI SETYAWAN
NPM             : 147215010
KELAS         : 1.a PERKEBUNAN
                                                                 

 














PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN
PDD POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI
BANYUASIN
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
           
 Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia yang permintaannya terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri pangan. Permintaan jagung yang tinggi membutuhkan suatu usaha agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan jagung yang tinggi tersebut yaitu dengan cara peningkatan produksi jagung. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung di Indonesia dapat dilakukan diantaranya melalui intensifikasi yaitu penggunaan varietas unggul baru, memperbanyak populasi tanaman per hektar serta penggunaan pupuk yang efektif dan efisien, serta ekstensifikasi dengan memperluas lahan pertanian jagung.
Tanah Ultisol merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan Indonesia). Akhir-akhir ini menjadi sasaran utama perluasan lahan pertanian di luar pulau Jawa dan menjadi sasaran bukaan lahan pemukiman transmigrasi. Oleh karena itu, Ultisol perlu mendapat perhatian khusus mengingat kendala dan sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).
Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 8 ÂșC. Pembentukan tanah Ultisol banyak dipengaruhi oleh bahan induk tua seperti batuan liat, iklim yang cukup panas dan basah, relief berombak sampai berbukit. Tanah ini memiliki horizon Argilik yang bersifat masam dengan kejenuhan basa yang rendah. Pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kejenuhan basa kurang dari 35 %. Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan (2007) Ultisol di daerah Aceh dan Sumatera Utara dicirikan dengan kandungan Al-dd 184,2 me/ 100 g tanah, KTK 3 – 7 me/ 100 g, pH H2O 4,1 – 5,5, C-organik 1,9% dan kandungan N 0,2%.

Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam  tanah untuk  mencapai   status   semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari  pencemaran  lingkungan.  Jadi pemupukan berimbang merupakan pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk dan jenis pupuk.  Pemupukan diberikan bagi hara yang kurang dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk memelihara hara tanah supaya tidak berkurang.  Dalam penerapannya pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal seperti urea, SP-36, TSP, dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal.  Agar sesuai dengan takaran pemupukan berimbang yang spesifik lokasi, komposisi pupuk harus bervariasi sesuai kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman.( Suharjo ,2006)
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah.  Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder.  Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro.  Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara.(Djaharja,2001)
Penggunaan pupuk yang berlebihan pada tanaman dapat menyebabkan residu di dalam tanah yang besar.  Oleh sebab itu pengaturan pemberian pupuk harus dilakukan.  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah.  Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara.
Perbaikan budidaya tanaman meliputi penyiapan lahan, penggunaan bibit unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama, pengendalian penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk NPK pada budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis yang optimal. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi (Rauf et al., 2000).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH tanah, N-total, P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P, dan K tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman jagung (Sutoro et al., 1988). Tersedianya pupuk majemuk NPKdiharapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan pupuk sesuaikebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Anjuran teknik budidaya jagung ini juga menjadisuatu syarat dalam setiap pelepasan varietas baru.Kegiatan perakitan varietas unggul jagung telah dilakukan dilaboratorium pemuliaan tanaman dan telah dihasilkan nomor-nomor seleksi (selanjutnya disebut aksesi) melalui tahap metode seleksi modifikasi daur ulang fenotipa resiprokal dan siap dilakukan uji pendahuluan. Setiap upaya pelepasan varietas baru harus disertai dengan teknologi budidaya sertaan yang berupa teknik budidaya baku. Salah satunya yaitu pemberian dosis pupuk yang tepat untuk tanaman jagung, Sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengujian terhadap penambahan dosis pemupukan khususnya pupuk NPK dalam suatu budidaya tanaman jagung. Aksesi terpilih yang memiliki penampilan sifat agronomi yang baik dan lebih tinggi dari varietas budidaya yang dikembangkan oleh petani, dapat digunakan untuk membuat varietas baru Open Pollinated (OP). (Hartatik, 2007).
Dengan demikian, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi setiap aksesi tanaman jagung dengan penambahan dosis pupuk NPK yang diberikan, menentukan beberapa dosis pupuk NPK yang tepat sehinggamemberikan hasil produksi terbaik dari setiap aksesi tanaman jagung yang diujikan, mengetahui kandungan protein setiap aksesi tanaman jagung yang diujikan dengan penentuan dosis pupuk NPK yang diberikan.
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P,dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno,2003). Pupuk majemuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai yang memiliki kandungan N, P2O5, dan K2O masing-masing 18%, 12% dan 8%.
Dalam praktikum yang telah di lakukan untuk melihat adanya respon pertumbuhan tanaman jagung pada lahan percobaan yang tidak kami beri pupuk sama sekali dan juga membandingkan respon pertumbuhan dengan tanaman jagung pada lahan yang diberi pemupukan satu jenis pupuk tunggal yaitu N ( Urea ) P (SP36) dan  K ( KCL) dan juga menggunakan perlakuan dengan pupuk majemuk yaitu pupuk NPK.



1.2 Tujuan

1.      Untuk  Mengetahui adanya perbedaan penggunaan berbagai macam pupuk terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman
2.      Untuk mengetahui perbedaan respon dari tanaman jagung terhadap pemberian pupuk Urea,SP36,KCL dan pupuk NPK











BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Tanaman Jagung (Zea mays L.)
            Menurut Rukmana (1997a), kedudukan tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Kingdom        : Plantae
Divisio             : Spermathophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Famili              : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
            Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau menembus tanah. Akar koronal muncul dari jaringan batang setelah plumula tumbuh. Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk asimilasi dan pendukung batang terhadap kerebahan (Rukmana, 1997b).
            Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang muncul dari pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm, tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997a).
            Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memenjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan/embun ke dalam pelepah daun (Suprapto, 1999).
            Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai), dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol Kadang-kadang bunga jantan tumbuh pada ujung tongkol, dan bunga betina pada tassel (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
2.2 Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim
Tanaman jagung sebaiknya mendapat cahaya matahari langsung. Pada waktu tanaman malai tua, terutama menuju masaknya biji dibutuhkan keadaan yang panas dan intensitas sinar matahari yang cukup bila tidak maka produksi yang dihasilkan akan menjadi kurang baik (Ginting,1995).
Tingginya produksi jagung semi (baby corn) dipengaruhi oleh sifat genetik (varietas) dan interaksinya dengan lingkungan tumbuh (environmental). Tanaman jagung membutuhkan suhu hangat antara 210C – 320C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 230C – 270C, dan kelembapan udara (Rh)   50% - 80% (Rukmana, 1997a).
Pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar   85-200 mm/bulan dan harus merata. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara   0-50o LU hingga 0-40o LS (Anonimous, 2010c).
2.2.2 Tanah
Jagung manis tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah demikian dapat memicu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997b).

2.3 Unsur Hara
2.3.1 Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N) di atmosfir, yang takarannya mencapai 78 persen volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui menjadi komponen pelikan oleh karena wataknya yang mudah larut air. Watak ini juga menjadikan endapan-endapan nitrogen yang cukup banyak hanya ditemui di daerah beriklim kering dan itupun terbatas secara setempat (Mas’ud, 1999).
Fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:
1)      untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
2)      dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau
3)      meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
4)      meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5)      meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah
(Sutedjo, 2002).
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2 %- 4% berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+ (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya, pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupkan hasil ikutan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Urea mempunyai sifat higroskopis atau mudah menyerap air dari udara. Pada kelembaban udara 73 % urea akan berubah menjadi air karena uap air di udara ditarik ke dalam pupuk (Marsono dan Sigit, 2001).
2.3.2 Fosfor (P)
Sumber dan cadangan fosfor (P) alam adalah kerak bumi yanag kandungannya mencapai 0,12 % P, dalam bentuk batuan, fosfat, endapan guano dan endapan fosil tulang. Pelikan organik tanah yang mengandung P antara lain: asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolida, fosfoprotein, fosfat inositol dan fosfat metabolik (Mas’ud, 1999).
Secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1)      dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
2)      dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
3)      dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
4)      dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah cukup banyak   (Novizan, 2002).
Jenis pupuk super fosfat ini muncul sebagai akibat sulitnya mendapatkan kandungan dasar pupuk TSP yang masih harus diimpor. Oleh karena itu, kadar fosfat pada SP-36 jauh lebih rendah dari TSP, yakni hanya 36 %. Sementara  sifat-sifat yang lain, seperti bentuk, ukuran, warna, dan tingkat kekerasannya hampir sama (Marsono dan Sigit, 2001).
2.3.3Kalium (K)
Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena umumnya tercampur dengan bahan lain, seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 % (Marsono dan Sigit, 2001).
Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu:
1)      pembentukan protein dan karbohidrat
2)      mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman
3)      meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit
4)      meningkatkan kualitas biji/buah
(Sutedjo, 2002).
Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium                  (Sutedjo, 2002).
2.3.4 Pupuk Majemuk NPK
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P,dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno,2003). Pupuk majemuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai yang memiliki kandungan N, P2O5, dan K2O masing-masing 18%, 12% dan 8%.
2.4  Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Tanah Ultisol merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan Indonesia). Akhir-akhir ini menjadi sasaran utama perluasan lahan pertanian di luar pulau Jawa dan menjadi sasaran bukaan lahan pemukiman transmigrasi. Oleh karena itu, Ultisol perlu mendapat perhatian khusus mengingat kendala dan sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).
Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 8 ÂșC. Pembentukan tanah Ultisol banyak dipengaruhi oleh bahan induk tua seperti batuan liat, iklim yang cukup panas dan basah, relief berombak sampai berbukit. Tanah ini memiliki horizon Argilik yang bersifat masam dengan kejenuhan basa yang rendah. Pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kejenuhan basa kurang dari 35 %. Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000).
Dari data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Kandungan N, P, K yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 - 0,1 me/ 100 g disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo, dkk, 2000). Menurut Tan (2007) Ultisol di daerah Aceh dan Sumatera Utara dicirikan dengan kandungan Al-dd 184,2 me/ 100 g tanah, KTK 3 – 7 me/ 100 g, pH H2O 4,1 – 5,5, C-organik 1,9% dan kandungan N 0,2%.













BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM 
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a.       Mistar
b.      Pena
c.       Buku
d.      Kamera
e.       Timbangan
f.       Tanaman jagung
g.      Pupuk

3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum ini diilakukan di kampus AKN banyuasin pada hari rabu tanggal 13 mei 2015

3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
a.      Isi polibag dengan perbandingan tanah,pupuk kandang,kompos 1: 1:1
b.      Jagung ditanam didalam polibag
c.       Diberi pupuk yang telah disesuaikan berdasarkan kelompok masing-masing
d.      mengamati pertumbuhanya setiap seminggu sekali terutama tinggi tanaman , jumlah daun , dan diameter batangnya
e.       Sebelum panen lakukan pengaamatan terhadap tinggi tanaman dan warna daunya
f.       Timbang seluruh produksi seperti berat buah. Berat akar, jumlah daun , tinggi batang, dan diameter batang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kelompok I ( Tanpa menggunakan kandungaan apapun )

No
Nama
Tinggi Batang (Cm)
Diameter Batang (Cm)
Jumlah Daun
Berat Buah (Gr)
Berat Akar (Gr)
Berat keseluruhan
1
Andini
57
3,5
7
-
-
50
2
Anggraini
158
7
8
110
35
254
3
Aprilius Pranata
150
7
7
100
50
223


Kelompok II ( menggunakan kandungan unsur hara N)

No
Nama
Tinggi Batang (Cm)
Diameter Batang (Cm)
Jumlah Daun
Berat Buah  (Gr)
Berat Akar(Gr)
Berat keseluruhan
1
A.Roni Efendi
125
11,5
7
180
150
450
2
Debi Setyawan
163
10
8
100
100
326
3
Dera Safitri
165
9
7
190
75
350
4
Dini Efri
165
12
8
110
100
335
5
Depriyanto
165
8
7
120
150
364



Kelompok III (menggunakan kandungan unsur hara P)

No
Nama
Tinggi Batang (Cm)
Diameter Batang (Cm)
Jumlah Daun
Berat Buah  (Gr)
Berat Akar(Gr)
Berat keseluruhan
1
Esa Handayani
157
5
7
70
70
310
2
Fufut Wardani
125
6
8
100
50
300
3
Lasna Wati
118
6
9
40
50
190
4
Megi Alkhoiri
140
5
8
100
70
190
5
Nuraini Yanisa
112
6
7
100
50
100


Kelompok IV ( menggunakan kandungan unsur hara K)
No
Nama
Tinggi Batang (Cm)
Diameter Batang (Cm)
Jumlah Daun
Berat Buah  (Gr)
Berat Akar(Gr)
Berat keseluuhan
1
Nurlina
139
7,2
9
70
30
290
2
Prayoga.Sebastian
164
6
8
60
100
350
3
Rico Irfansyah
150
15
8
50
50
200
4
Ridho Dionata
153
7
9
50
150
200
5
Siti Meysaroh
142
6
10
100
50
260




Kelompok V (Menggunakan kandungan unsur hara NPK)

No
Nama
Tinggi Batang (Cm)
Diameter Batang (Cm)
Jumlah Daun
Berat Buah  (Gr)
Berat Akar(Gr)
Berat keseluruhan
1
Subhan
168
10
8
150
250
500
2
Supartini
150
6,5
8
100
30
350
3
Wahyu Saputra
190
12
8
200
250
510
4
Wendi Safitri
150
8
7
50
100
280
5
Yogi Saputra
153
7
9
50
150
400

4.2 Pembahasan
Salah satu kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung adalah pengaplikasian pupuk berimbang ke dalam tanah, dengan memperhatikan kadar unsur hara tanah, jenis pupuk yang sesuai dan kondisi lingkungan fisik di areal penanaman. Aplikasi pemupukan ke dalam tanah perlu mempertimbangkan jenis pupuk serta dosis/takaran pada jenis tanah dan lingkungan tertentu.
Ketersediaan unsur N di dalam tanah dalam jumlah yang beraneka ragam. Lahan pertanian umumnya mengandung unsur N dalam jumlah yang tidak mencukupi, terkecuali pada tanah baru hasil pembukaan lahan vegetasi hutan. Pada lahan latosol, podsolik, vulkanik dan mediteran, pemberian pupuk Urea dengan dosis 200 - 400 kg/ha memberikan efisinsi pemupukan (setiap kg hasil panen diperoleh dari setiap kg pupuk urea yang diberikan) 6.0–7.5. Berbeda dengan pupuk N, pemberian pupuk K perlu diperhatikan karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P. Tanah Ultisol di lahan kering, tanaman jagung kurang tanggap terhadap pemupukan P. Berbeda halnya pada tanah berkapur, pemberian pupuk P dosis 100–200 kg/ha menunjukkan efisiensi pemupukan yang cukup baik. Pengaruh yang cukup signifikan terlihat jelas pada tanah Podsolik dimana ketersediaan P merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, dikarenakan kandungannya yang sangat rendah dan unsur P sangat kuat terikat di dalam tanah ini sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Sama seperti pupuk P, pengaplikasin pupuk K ke dalam tanah perlu diperhatikan karena pemupukan K umumnya kurang memberikan tanggapan.( pioneer 2012)
Dari hasil pengamatan di atas dapat kita lihat perbedaan tiap – tiap perlakuan yang di berikan pada tanaman jagung.Perbedaan tersebut terjadi karena unsur hara yang di berikan pada tanaman jagung itu sendiri berbeda-beda dan perlakuan yang di gunakan pada percobaan di atas yaitu .kontrol tanpa menggunakan unsur hara ,dan 4 perbandingan lainnya menggunakan pupuk Urea, KCL,SP36 dan pupuk majemuk NPK.
            Pada perlakuan kontrol menggunakan 3 ulangan dan hasil dari percobaan tersebut ialah tanaman tumbuh kerdil tidak sama pada perlakuan yang lainnya tanaman berbunga dan berbuah tetapi buahnya kerdil dan juga ada yang tidak berbuah,nampak jelas dari berat akar dapat di pastikan unsur hara yang terkandung dalam kolibag tersebut hampir tidak tersedia maka dari itu berat akar ringan.Hal ini sesuai dengan (Suryono,2006) bahwa tanaman jagung membutuhkan unsur hara untuk menunjang pertumbuhan generative maupun vegetatif,pada tanaman jagung yang tidak diberikan pemupukan yang berimbang akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan akan mengurangi produktifitas tanamann.Pemberian pupuk ke dalam  tanah untuk  mencapai   status   semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil
            Pada percobaan kelompok 2 yaitu perlakuan menggunakan (unsur hara N ) pupuk urea pada perlakuan ini ada 5 perulangan dan pertumbuhan pada tanaman cukup seimbang dan juga daun- daun tampak hijau lingkar batang pun cukup seragam dan rata –rata dari 5 perulangan tersebut memiliki buah,kemudian berat akar yang ada pada percobaan ini cukup banya /berat jelas nampak kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan hara dalam tanah. Menurut (Syafrudin, 2007) perlakuan N dilakukan penambahan pupuk urea yang diberikan dua kali pemupukan yakni pada umur 12 HST (60%) dan 35 HST (40%). Dari penambahan Urea maka N dalam larutan tanah bertambah sehingga suplai N kedalam jaringan tanaman lebih optimal dibandingkan dengan perlakuan P+K (-N). Hal lain di sebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman jagung antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Pupuk N, diserap tanaman pada pertumbuhan dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif. Sebagian besar N titik tumbuh batang dan daun.
Pada percobaan kelompok 3 dan menggunakan 5 perulangan yang menggunakan unsur hara P ( paspor) pupuk SP 36 pada perlakuan ini pertumbuhan yang terdapat pada tabel di atas tidak seragam,tetapi pada tiap perulangan jumlah daun yang ada cukup seragam dan juga lingkar batangnnya,tetapi pada buah berat buah tidak seragam kemungkinan ada kesalahan saat perawatan soalnya pada saat pembunggaan tanaman banyak yang roboh terkena angin saat hujan,dari berat akar yang terlihat hampir merata sama.
Hal ini sesuai literatur Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
  1. dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
  2. dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
  3. dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
  4. dapat meningkatkan produksi biji-bijian
            Pada percobaan kelompok 4 yang menggunakan unsur hara K (kalium ) /pupuk KCL pertumbuhan yang di alami pada tanaman jagung cukup baik dan tinggi dan juga lingkar batang yang cukup besar dibangdingkan kelompok yang mnggunakan Unsur hara P,karena pada unsur hara K merangsang pertumbuhan batang dan mempercepat jaringan meristik.berat buah pada perlakuan ini beragam ada yang berat ada juga yang ringan kemungkinan buah yang ringan terganggu saat pembungaan seperti pada perlakuan Unsur P,berat akarpun beragam kemungkinan berat akar yang ringan di karenakan adanya kesalahan pembongkaran,kemungkinan akar-akar masih tertinggal dalam tanah / kolibag.Menurut Kasno et al. (2004) bahwa pemupukan K akan berpengaruh terhadap dinamika K dalam tanah. Lebih lanjut dikatakannya, hara K bertambah dari pemupukan K dan pelepasan dari K terfiksasi. Pelepasan K terfiksasi, salah satunya dengan peningkatkan kadar air agar K terfiksasi akibat terjepitnya K pada 2 lempeng kisi kristal terlepas dan dapat dipertukarkan. Selanjutnya elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu:
1)      pembentukan protein dan karbohidrat
2)      mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman
3)      meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit
4)      meningkatkan kualitas biji/buah
(Sutedjo, 2002).

            Pada perlakuan kelompok 5 dengan menggunakan pupuk kombinasi/pupuk majemuk NPK dari 5 perlakuan tanaman yang di beri pupuk NPK lebih tumbuh subur di bandingkan dengan perlakuan yang hanya di beri satu unsur hara dan lingkar batang pun besar besar di banding perlakuan yang lain,jumlah daun pun seragam dengan perlakuan yang lain tetapi pada berat buah  perlakuan iini memiliki berat buah yang lebih berat di banding perlakua yang lain dan juga berat akar yang seragam dan juga berat akar yang cukup berat,tetapi ada satu berat akar yang tidak normal kemungkinan hal ini karna kesalahan pembongkaran pada polibag akar banyak tertinggal dalam polibag. Perbedaan percobaan ini dengan percobaan yang lain percobaan ini lebih unggul di banding yang lain hal ini di karenakan keutuhan unsur hara yang di butuhkan tanaman tercukupi untuk masa pertumbuhan hingga masa pembuahan tanaman.Hal ini sesuai dengan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).Pemberian pupuk NPK diharapkan dapat memeperbaiki sifat kimia tanah secara cepat dan meningkatkan unsur P dalam bentuk yang mudah diserap oleh tanaman seperti H2PO4 disamping dapat menambah ketersediaan unsur hara makro utama, pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan penyerapan unsur P oleh akar tanaman, karena bertambahnya P dalam tanah menyebabkan perbedaan konsentrasi P di sekitar perakaran (rhizosfer) dan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan hasil caysin. Muatan positif merangsang akar tanaman untuk menyerap anion seperti H2PO4- dan HPO42-, Hal ini disebabkan karena hara di dalam tanah belum mampu menyuplai hara seseuai kebutuhan tanaman, terutama untuk mempercepat umur berbunga betina, persentase tinggi tongkol terhadap tinggi tanaman dan berat jerami kering jemur. Sedangkan umur berbunga betina paling cepat dan tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan lengkap (NPK) (Gumeleng (2003)

BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1.      Tanaman jagung yang tidak di beri perlakuan akan mengalami gangguan pada pertumbuhan vegetatif maupun generatif.
2.      Tanaman jagung yang di beri pupuk Urea (unsur N) mempunyai daun yang hijau dan batang yang baik.
3.      Tanaman jagung yang hanya di beri pupuk SP36 (unsur P) berbunga lebih cepat dan memiliki buah yang besar.
4.      Tanaman jagung yang hanya di beri pupuk KCL ( unsur K) memiliki batang yang besar,memiliki buah yang baik.
5.      Hasil dari pemberian pupuk NPK pertumbuhan lebih seragam dibandingkan dengan pupuk yang lainnya,dari kualitas batang,daun dan buah pun juga lebih baik.
6.      Perbandingan pemberian pupuk tunggal  N,P,K dengan pupuk majemuk NPK lebih baik pertumbuhan pupuk majemuk NPK di karenakan kadar unsur hara yang terkandung di dalamnya lebih lengkap di bandingkan pupuk tunggal.dan juga cara pengaplikasikaannya lebih mudah.















DAFTAR PUSTAKA

Gumeleng, G. 2003. Minus one test pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan produksi jagung di moyag modayag Kabupaten Bolaang Mongondow
Kasno, A., A. Rachim, Iskandar dan J. S. Adiningsih. 2004. Hubungan nisbah K/Ca dalam larutan tanah dengan dinamika hara K pada Ultisol dan Vertisol lahan kering. J. Tanah dan Lingkungan. 6 (1): 7-13.
Musa, N. 1999. Hasil jagung (Zea mays L.) pada waktu tanam dan pemupukan fosfor yang berbeda. J. Solum. 1: 43-52.
Mapegau. 2000. Pengaruh pemupukan N dan P terhadap hasil jagung Kultivar Arjuna pada Ultisol Batanghari Jambi. J. Agronomi 4(1):17-18.
Tandisau, P., Amir syam., Muh. Thamrin., dan Sahardi. 2005. Respon jagung terhadap pupuk NPK pada lahan kering tanah Typic Ustropepts Jeneponto. Dalam seminar dan lokakarya nasional jagung 2005. Balai penelitian tanaman serealia. Makasa-maros.2005.
Minardi, S. 2002. Kajian terhadap pengaturan pemberian air dan dosis TSP dalam mempengaruhi keragaan tanaman jagung (Zea mays L.) di Tanah Ultisol. J. Sains Tanah. 2 (1): 35-40.
















LAMPIRAN


Minggu
Tinggi
Jumlah daun
Ukuran
Keterangan
Ke- 1
2cm
3 helai
0,5
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke- 2
17cm
5 helai
3cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke- 3
28cm
7 helai
4cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke- 4
48cm
9 helai
5cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke- 5
67cm
11 helai
6cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke-6
78cm
12 helai
6,5cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)
Ke-7
95cm
13 helai
6,7cm
Di pupuk dengan menggunakan pupuk  urea ( umsur N)