Minggu, 29 Maret 2015

laporan praktikum pengolahan tanah




PENGOLAHAN TANAH DAN PENYIAPAN MEDIA TANAM
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Kesuburan Tanah)


OLEH
NAMA         : DEBI SETYAWAN
NPM             : 147215010
KELAS         : 1.a PERKEBUNAN
                                                                 

 














PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN
PDD POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI
BANYUASIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.Tanah sangat penting karena tanah merupakan tubuh atau tempat tanaman hidup, sebagai sumber hara tanaman dan penyedia air dan udara serta tempat tegaknya tanaman. Tanah merupakan bahan yang kompleks yang terdiri dari fase padat, cair dan gas dan diantara bahan padat yang ada di dalam tanah terdapat ruangan yang berisi bahan cair atau bahan gas yang di pengaruhi temperatur, tekanan udara dan sinar matahari.
Tanah memegang peranan penting dalam usaha pertanian oleh karena itu perlu adanya pengetahuan khusus tentang hal itu untuk dapat mengelola tanah dengan baik. Karena dari penentuan tanah dengan benar dapat ditentukan jenis tanaman yang sesuai dengan lahan tersebut. Penentuan tanah dapat dilakukan dengan analisis sifat tanah, baik dari sifat kimia maupun sifat fisikanya dan juga sifat biologi dari tanah tersebut. Karena dari dasar sifat tersebut memiliki karakteristik tanah yang berlainan dan perlu perlakuan pengolahan yang berbeda pula.
Dalam mengkaji ilmu tanah, antaranya adalah fisika,biologi (isolasi bakteri serta jamur dan omission test) dan kimia tanah. Fisika tanah mempelajari sifat-sifat fisik tanah, meliputi kadar lengas tanah, tekstur, struktur, kemantapan agregat, dan konsistensi. Sedangkan kimia tanah meliputi bahan organik, rekasi tanah (pH), kejenuhan basa (KB), dan kapasitas pertukaran kation (KPK). Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, maka dapat ditentukan pola pengelolaan tanah yang tepat akan meningkatkan kesuburan tanah.
Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari terutama oleh penduduk perkotaan, karena rasanya yang enak dan manis banyak mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Budidaya jagung manis berpeluang memberikan untung yang tinggi bila diusahakan secara efektif dan efisien (Sudarsana, 2000).
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia.  Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif.  Lingga dan Marsono (2001) menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi jagung manis.  Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis dapat ditempuh dengan pemberian pupuk dan pengaturan jarak tanam.  Pupuk terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Rahmi dan Jumiati, 2003).
 Pupuk organik  adalah pupuk yang sebagian besar  atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses dari rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006 ).
Pemupukan melalui tanah kadang–kadang kurang bermanfaat, karena berbagai unsur hara telah larut lebih dahulu dan hilang melalui air perkolasi atau mengalami fiksasi oleh koloid tanah sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efesien adalah dengan cara menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman.
1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
a.        Mengetahui kreteria tanah yang baik untuk media tanam dalam kolibag. 
b.       Untuk mengetahui cara pengolahan tanah yang baik dan penyiapan media tanah




BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
 2.1 Bahan dan Alat
1.      benih jagung manis bisi sweet
2.      pupuk N, P, dan K(sebagai pupuk dasar),
3.      air secukupnya
4.      polibeg 10 kg
5.      tanah yang di beri bokasi
6.      cangkul
v  Tempat
Praktikum ini dilakukan di lahan Akademi Komunitas Negeri Banyuasin
2.2 Cara Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Isi polibeg dengan tanah yang dicampuri dengan bokasi,isi sampai polibeg padat
3.      Biarkan selama 1 minggu kemudian tahap berikutnya buat 4 lubang pada polibeg tersebut,1 untuk benih dan 3 lainnya untuk pupuk
4.      Kemudian tanam benih tersebut ke lubang yang sudah disiapkan, jangan terlalu dalam karena untuk memudahkan benih tumbuh
5.      Beri pupuk pada lubang yang disiapkan dengan ukuran 1gram/polibeg
6.      Kemudian di siram dengan air secukupnya, jangan terlalu jenuh karena unsur hara di dalam tanah tersebut dapat hilang
7.      Dan yang terakhir foto hasil kegiatan kita tersebut
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tanah di campur dengan kompos bokasi

Tanah di masukan dalam kolibag


Tanah yang berisi bibit jagung

3.2 Pembahasan.
A.  PENYIAPAN LAHAN
Dilihat dari klasifikasi lahan praktikum, lahannya mengandung tanah yang sangat kering atau keras, sehingga lahan tersebut bisa disebut lahan kering atau tanah tadah hujan. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah sanitasi atau peyiangan yang bertujuan untuk membuang rerumputan dan sejenisnya yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara membuang rerumputan dan yang lainya dibuang dengan menggunakan cangkul,sabit,parang dan menggunakan mesin pemotong rumput kemudian rumput yang sudah terkumpul dibakar. salah satu kegiatan penyiapan lahan untuk tanaman jagung adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk memoerbaiki kondisi tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi mksimal. Selain itu akan mematikan bibit penyakit. Dan pengolahan tanah juga dapat memperbaiki tekstur tanah, memperbaiki sirkuasi udara dalam tanah, sera mendorong aktifitas mikroba tanah dan membebaskan unsure hara dalam tanah. Bila dalam kondisi bebas, unsure hara dengan mudah dapat diambil oleh akar tanaman.

Tanah diolah pada kondisi lembab, tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah digemburkan hanya diolah secara umum .melalui pengolahan tanah drainse dan aerasi yang kurang baik mrnjadi lebuh baik.Adapun Cara pengolahan tanah adalah pembukaan lahan, persiapan lahan, dan pembentukn saluran drainse. pada lahan kering tergantung kondisi lahan. Secara umum, pengolahan tanah dilahan kering dapat dilakukan secara sempurna, dan tanpa pengolahan tanah. (zero tillage ).
1.      Pengolahan secara sempurna
         Pengolahan dilakukan pada tanah yang berat (tanah tadah hujan)
         Tanahny a tidak terlalu kering atau terlalu basah sehingga mudah untuk digemburkan.
         Tanah dicangkul atau di bajak  luas lahan berukuran 3x3 m gulma dan sisa tanaman dibersihkan  serta tanah digaru sampai rata
         pengolahan tanah dilakukan seminggu sebelum tanam.
2. Tanpa pengolahan tanah
         Pengolahan dilakukan pada lahan yang bertekstur  ringan dan lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan berlebihan
         Tanah hanya dicangkul untuk lubang tanam.
         Pada lahan perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma serta untuk mengurangi penguapan air dari dalam tanah.

Tanah bekas pertanaman yang terkontaminasi peyakit atau serangan hama,gulma perlu dilakukan pembakaran sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dilakukan sampai beberapa kali. Setiap perlakuan pengolahan , tanah dibiarkan terjemur  beberapa hari untuk mematikan bibit penyakit.
Untuk mencegah   kekurangan air , lahan penanaman dapat diberi mulsa dari jerami atau sisa tanaman lain. Sebaliknya, untuk mengantisipasi agar lahan tidak tergenang air, terutama saat   musim hujan perlu dibuat saluran air.

B. PENGOLAHAN TANAH
         Pengolahan tanah adalah memecahkan gumpalan-gumpalan tanah menjadi butiran-butiran tanah yang lebih halus dan gembur serta mengatur permukaan tanah sehingga sesuai untuk ditanami.
         Maksud pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Biasanya dari struktur masif atau pejal menjadi struktur yang dikehendaki atau sesuai dengan tujuan penanaman. Struktur tanah yang dikehendaki sesuai dengan tujuan penanaman antara lain struktur remah yaitu untuk tanah yang datar dengan curah hujan sedang, struktur gumpal kecil untuk tanah yang curah hujannya agak tinggi dengan temperatur agak panas, struktur gumpal besar untuk tanah dengan curah hujan tinggi dan suhu panas serta tanahnya akan mengalami granulasi sendiri, dan struktur lumpur untuk tanah-tanah sawah agar perkembangan akar dan penyebaran hara atau pupuknya lebih merata.

Prinsip dasar pengolahan tanah antara lain :
1.    Dengan alat tertentu massa tanah pecah menjadi bentuk gumpal atau sampai dengan   butiran (terjadi perubahan fisik atau struktur),
2.    Perubahan struktur akan memperbaiki porositas dan konsistensi tanah,
3.    Meningkatkan komposisi dan oksidasi, dan
4.    Meningkatkan kepekaan erosi.
Secara keseluruhan pengolahan tanah bertujuan (Aak : 1983) :
1.      Meningkatkan sifat-sifat fisik tanah yaitu menjamin memperbaiki struktur dan porositas, sehingga antara pemasukan air dan pengeluarannya menjadi seimbang yang berarti cepat basah dan cepat mengering dalam artian untuk kehidupan tanaman, begitu pula peredaran udara menjadi optimal yang berarti akan menjamin aktifitas biologi menjadi optimal pula,
2.      Pertumbuhan tanaman menjadi baik, dan
3.      Mempermudah penggunaan pupuk dan obat-obatan di dalam tanah.

 Suatu tanah dikatakan produktif maka tanah haruslah mempunyai syarat kesuburan tertentu yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, namun tanah subur tidaklah selalu berarti produktif. Tanah yang subur akan produktif bila dikelola dengan tepat, menggunakan teknik pengolahan dan jenis tanaman yang gayut.
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai mutu kemampuan suatu tanah untuk menyediakan anasir hara, pada takaran dan keseimbangan tertentu secara sinambung, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam keadaan menguntungkan. (Mas’ud, Poerwowidodo : 1992)
Keadaan tanah sebelum diadakan pengolahan tanah adalah berupa gumpalan-gumpalan tanah yang besar dan keras. Tanah juga banyak terdapat batu-batu agak besar dan sisa-sisa tanaman. Karena daerah atau tempat yang akan diolah tersebut tidak begitu luas, maka pengolahan tanah dilakukan secara manual. Alat yang dipakai untuk mengolah tanah ini adalah cangkul yang bentuk daunnya lebar.
Sistem pengolahan tanah kali ini menggunakan sistem buruhan atau glebagan dalam. Sistem ini bertujuan untuk membenamkan sisa-sisa tanaman. Pada prinsinya cara pengolahan tanah dari sistem ini dimulai dengan membuat parit permulaan, lebarnya kurang lebih 50 cm dan dalamnya kurang lebih 30 cm. Tujuan dari pembuatan bedengan adalah untuk menghindarkan genangan sehingga setiap kelompok mendapat petak tanah untuk diolah selebar 3 x 3 m. Dengan berdiri di atas parit, kemudian kita mencangkul maju sambil mengisi parit dengan tanah hasil cangkulannya. Dengan demikian, paritnya menjadi berpindah lebih maju. Dengan cara demikian petakan tanah dapat diolah kemudian.
Petakan tanah diolah atau dicangkul hingga tanah tidak lagi berbentuk gumpalan-gumpalan besar dan keras. Sisa tanaman yang ada dibuang, begitu juga dengan batu-batu yang ada. Karena sisa-sisa tanaman dan batu-batuan dapat menggangu perakaran tanaman. Namun sisa-sisa daun dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yang dapat mengubah kandungan bahan organik didalam tanah.
Tanah dicangkul hingga beberapa kali sampai mendapatkan struktur yang dikehendaki yaitu struktur remah. Tanah diolah sampai berstruktur remah karena tanah akan ditanami jenis sayuran yang mempunyai akar tidak tidak begitu kuat menembus tanah untuk mencari zat hara dan bahan-bahan mineral.
Struktur tanah harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Karena tiap tanaman berbeda-beda dalam kecocokan struktur tanahnya. Jadi jangan sampai tanaman tidak dapat melakukan proses fisiologisnya karena struktur tanah tidak sesuai dengan perakaran tanaman. Apabila struktur tanah sesuai dengan jenis tanaman maka tanaman akan dapat bekerja maksimal dan produksi tanaman akan meningkat pula.
Tanah didaerah tersebut datar, jadi tidak perlu dilakukan perlakuan yang spesifik atau tidak perlu dilakukan konservasi tanah. Tanah dibuat agak cembung karena pengairan tanah tersebut berasal dari hujan. Guna dibuat agak cembung tersebut adalah bila terkena air hujan terus menerus tanah tidak becek tergenang air. Bila tanah agak cembung, air hujan yang sudah tidak dapat diserap oleh tanah akan mengalir ke tepi dan jatuh diparit-parit sehingga kelembaban tanah terjaga.
Tanah yang diolah adalah tanah latosol. Tanah latosol adalah tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik Tanah ini berwarna merah atau kuning, terutama di horizon B. Jika tidak mengalami erosi, tanah permukaan sering berwarna coklat atau kelabu. Ini terjadi jika bahan induknya basah. Erosi dapat terjadi di daerah yang dikerjakan, sehingga beberapa subsoil berwarna merah cerah atau kekuningan masuk kedalam lapisan olah.
Latosol mempunyai ciri khusus yang sangat meningkatkan drainase dalam (internal drainage). Sifat lain yang menonjol dan penting ialah terbentuknya keadaan granular. Lempung hidrat oksida tidak memiliki sifat liat dan kohesi yang mencirikan lempung silikat di suatu daerah. Latosol pertukaran kationnya kecil dibandingkan dengan tanah daerah sedang yang lain. Hal ini sebagian disebabkan kurangnya bahan organik dan sifat hidrat oksida. Umumnya sangat kekurangan basa yang dapat tertukar dengan unsur hara yang tersedia. Ini berarti bahwa tingkat kesuburannya sangat rendah. Karena itu tanah darat akan cepat habis kesuburannya.
Setelah tanah diolah sedemikian rupa, petak tanah tersebut dapat ditanami dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Mengolah tanah berarti mengubah tanah pertanian dengan mempergunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya, ditinjau dari struktur dan porositas tanah. Yang paling penting dalam pengolahan tanah selain menjamin struktur dan porositasnya adalah untuk menjamin keseimbangan antara air, udara, dan suhu dalam tanah. Maka pengolahan tanah mutlak perlu guna menciptakan lingkungan yang cukup baik. (Kanisius : 1983)

Tujuan Umum Pengolahan Tanah
            Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
            Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu: (1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan.
Tujuan pengolahan tanah pada hakekatnya terdiri dari berbagai pekerjaan modifikasi tanah dalam perakaran tanaman yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan untuk memperbaiki daerah tersebut bagi pertumbuhan akar, ketersediaan hara, dan meningkatkan produksi. Pekerjaan ini meliputi usaha-usaha uang bertujuan untuk (Arkin dan Taylor, 1981) :
1.      Mengemburkan tanah untuk penetrasi akar,
2.      Menimbun residu (sisa-sisa) tanaman sebelumnya,
3.      Memperbaiki lingkungan tanah agar sesuai untuk pertumbuhan benih atau bibit,
4.      Memperbaiki infiltrasi air,
5.      Memperbaiki aerasi tanah akibat perubahan struktur, dan Mengendalikan gulma.
           Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang dikehendaki maka ada tanah yang diolah minimum dan dangkal tetapi ada pula yang intensif dan dalam. Semua tindakan ini tergantung pada keadaan dan tujuan penanaman, yaitu :
1.      Macam tanaman yang ditanam,
2.      Jenis tanah,
3.      Sifat atau keadaan tanah,
4.      Topografi,
5.      Tanaman penutup tanah, dan
6.      Sistem pengairan.

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1.            Pengolahan tanah dilakukan secara manual yaitu dengan mencangkul,
2.            Tujuan pengolahan tanah adalah menciptakan struktur yang ideal, memberantas gulma dan sisa-sisa tanaman untuk memperbaiki keadaan fisik tanah agar dapat ditanami tanaman dan berproduksi optimal,
3.            Pengolahan tanah mengunakan sistem buruhan dalam dengan sistem maksimum tillage yang terdapat parit-parit sebagai irigasi dan drainase, dan
4.            Tanah dibuat agak cembung untuk menghindari kelebihan air di tengah-tengah tanah.
5.            Pada praktikum pengolahan tanah, jenis tanah yang digunakan adalah tanah latosol.












DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius : Yogyakarta.
Hakim. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.
Laktan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Mas’ud, Poerwidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa : Bandung.
Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa : Jakarta.


1 komentar:

  1. maaf mas kalau boleh ngasih masukan, background nya terlalu ramai jadi tulisan nya tidak bisa terbaca apalagi kalau tulisannya warna hitam.

    BalasHapus